Puisi-puisi Pendek Terbaik Subagio Sastrowardoyo

KATA
Puisi Subagio Sastrowardoyo

Asal mula adalah kata
Jagat tersusun dari kata
Di balik itu hanya
ruang kosong dan angin pagi
Kita takut kepada momok karena kata
Kita cinta kepada bumi karena kata
Kita percaya kepada Tuhan karena kata
Nasib terperangkap dalam kata
Karena itu aku
bersembunyi di belakang kata
Dan menenggelamkan
diri tanpa sisa

PROKLAMASI
Puisi Subagio Sastrowardoyo
 
Ketapang yang bercumbuan dengan musim
menjatuhkan daunnya di halaman candi
Aku ingin jadi pohon ketapang yang tumbuh
di muka gerbang berukiran huruf lam
yang dijaga orang kidal

HAIKU
Puisi Subagio Sastrowardoyo

malam rebah
di punggung
sepiku
gigir gunung
susut di kaca
hari makin surut
dan bibir habis kata:
dinda, di mana, siapa
tangan terkepal
terhenyak di meja

GENESIS
Puisi Subagio Sastrowardoyo
 
pembuat boneka
yang jarang bicara
dan yang tinggal agak jauh dari kampung
telah membuat patung
dari lilin
serupa dia sendiri
dengan tubuh, tangan dan kaki dua
ketika dihembusnya napas di ubun
telah menyala api
tidak di kepala
tapi di dada
--aku cinta--kata pembuat boneka
baru itu ia mengeluarkan kata
dan api itu
telah membikin ciptaan itu abadi
ketika habis terbakar lilin,
lihat, api itu terus menyala

NADA AWAL
Puisi Subagio Sastrowardoyo
 
Tugasku hanya menterjemah
gerak daun yang tergantung
di ranting yang letih. Rahasia
membutuhkan kata yang terucap
di puncak sepi. Ketika daun
jatuh takada titik darah. tapi
di ruang kelam ada yang merasa
kehilangan dan mengaduh pedih

PASKAH DI KENTUCKY FRIED CHICKEN
Puisi Subagio Sastrowardoyo
 
Bagaimana akan makan ayam goreng ini
kalau tiba-tiba aku melihat bayi
menangis di gendongan--karena lapar
dan perempuan kurus mengorek sisa roti
di tong sampah di muka restoran?
Coca cola terasa kesat di tenggorokan
ketika teringat kepada muka-muka ceking
dirubung lalat hijau di gurun pasir.
Kapan akan berakhir musim kemarau
di sebelah selatan? --Makhluk terkapar!
Mari, potong-potonglah tubuhku
dan nikmati dagingku -- roti yang paling putih
dan darahku -- anggur yang paling murni
sanpai tinggal hanya tulangbelulangku lunglai
terkulai di dahan.
Eli, Eli, lama sabakhtani -- Tuhan, Tuhanku,
mengapa kami kau terlantarkan?
Tampilkan Komentar