Kumpulan Puisi Cinta Sapardi Djoko Damono

Nama Sapardi Djoko Damono tidak asing lagi di jagad puisi. Penyair tua tersebut sangat terkenal dengan puisi-puisi cintanya. Puisi-puisinya sederhana, tetapi dalam dan menimbulankan banyak penafsiran. Ia sering juga menggunakan diksi burung, senja, dan menggunakan gambaran-gambaran alam.

Kini sedang terbaring di rumah sakit, kita berdoa semoga beliau lekas di beri kesembuhan. Berikut adalah beberapa puisi cinta karya sapardi Djoko Damono yang sangat terkenal dan sudah akrab di telinga orang-orang karena dinyanyikan dengan lagu. Banyak orang bahkan hapal di luar kepala melebihi hapalnya dengan tanggal lahir ibunya.

AKU INGIN

Puisi Sapardi Djoko Damono

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

LIRIK UNTUK LAGU POP 

Puisi Sapardi Djoko Damono
 jangan pejamkan matamu: aku ingin tinggal di hutan yang gerimis
-- pandangmu adalah seru butir air tergelincir dari duri mawar (begitu nyaring!); swaramu adalah kertap bulu burung yang gugur (begitu hening!)
aku pun akan memecah pelahan dan bertebaran dalam hutan; berkilauan serbuk dalam kabut
-- nafasmu adalah goyang anggrek hutan yang mengelopak (begitu tajam!)
aku akan berhamburan dalam grimis dalam seru butir air dalam kertap bulu burung dalam goyang anggrek
-- ketika hutan mendadak gaib
jangan pejamkan matamu:

TAJAM HUJANMU

tajam hujanmu
ini sudah terlanjur mencintaimu:
payung terbuka yang bergoyang-goyang di tangan kananku,
air yang menetes dari pinggir-pinggir payung itu,
aspal yang gemeletuk di bawah sepatu,
arloji yang buram berair kacanya,
dua-tiga patah kata yang mengganjal di tenggorokan
deras dinginmu
sembilu hujanmu

1982.

BERJALAN KE BARAT WAKTU PAGI HARI

Puisi Sapardi Djoko Damono
 
waktu berjalan ke barat di waktu pagi hari matahari mengikutiku di belakang
aku berjalan mengikuti bayang-bayangku sendiri yang memanjang di depan
aku dan matahari tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang telah menciptakan bayang-bayang
aku dan bayang-bayang tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang harus berjalan di depan


YANG FANA ADALAH WAKTU

Puisi Sapardi Djoko Damono
 
Yang fana adalah waktu. Kita abadi:
memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa.
"Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?"
tanyamu.
Kita abadi.
1982.

KUKIRIMKAN PADAMU



Puisi Sapardi Djoko Damono
 
kukirimkan padamu kartu pos bergambar, istriku,
par avion: sebuah taman kota, rumputan dan bunga-bunga, bangku dan beberapa orang tua, burung-burung merpati dan langit yang entah batasnya. Aku, tentu saja, tak ada di antara mereka.
Namun ada.

1982.


PERAHU KERTAS

Puisi Sapardi Djoko Damono
 
Waktu masih kanak-kanak kau membuat perahu kertas dan kau layarkan di tepi kali; alirnya Sangat tenang, dan perahumu bergoyang menuju lautan.

"Ia akan singgah di bandar-bandar besar," kata seorang lelaki tua. Kau sangat gembira, pulang dengan berbagai gambar warna-warni di kepala.

Sejak itu kau pun menunggu kalau-kalau ada kabar dari perahu yang tak pernah lepas dari rindu-mu itu.

Akhirnya kau dengar juga pesan si tua itu, Nuh, katanya,

"Telah kupergunakan perahumu itu dalam sebuah banjir besar dan kini terdampar di sebuah bukit."
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.


keyword:
puisi cinta karya sapardi djoko damono
puisi sapardi djoko damono perahu kertas
puisi sapardi djoko damono pada suatu hari nanti
puisi sapardi djoko damono hujan bulan juni
Tampilkan Komentar